Tatapan Lucu Buat Anakku
Oleh: Cila Lia
Hari Sabtu 24 Juli hari pertama anakku
masuk sekolah di tahun ajaran baru. Hanya pertemuan terbatas 2x seminggu saja. Dan nanti kembali sekolah di hari Rabu.
Bahagia dan semangatnya anakku kala mendapat kabar dari guru tentang jadwal sekolah terbatasnya. Mengapa tidak, itu yang ia impi-impikan sejak lama, ingin cepat belajar di sekolah lagi.
Sejak malam berbagai keperluan sekolah pun sudah ia persiapkan. Termasuk baju pun sudah ia setrika rapi.
Pagi hari tiba, saatnya mandi dan sarapan pagi. Berdandan rapi dan siap dengan tas gendong abu yang penuh dengan buku.
Dengan semangatnya ia pun segera hubungi temannya. "Sal ayo 5 menit lagi kita berangkat , aku tunggu di ujung gang rumahku..!" ucapnya.
"Buu...aku berangkat ya..." ijinnya sambil mencium tanganku. "Ya Nak...., hati-hati di jalan ya..., jangan abai prokesnya ya...!" jawabku. "Iya bu..." jawabnya lagi.
Lalu iapun berlalu dari tatapanku."Ya Allah jagalah anakku, sehatkan ia, aamiin" gumamku.
Anakku baru sembuh, setelah selama 3 minggu kami sekeluarga melakukan isoman.
Jam 11.45' adzan dzuhur pun berkumandang. "Aah anakku sebentar lagi pulang..." gumamku. Menu makan siang sudah ku siapkan.
Jam 12.15 iapun datang "assalamu'alaikum...!" ucapnya. "Waalaikum salam..." jawabku.
"Gimana kegiatan belajarnya lancar nak...?". "Alhamdulillah lancar bu..., dan aku bahagia sekali bisa ketemu teman-teman lagi...". "Alhamdulillah..., syukurlah..." jawabku lagi.
Waktu terus beranjak, tibalah waktu malam kami menjelang tidur. Seperti biasa anakku bercerita kepadaku seputar kegiatan tadi siang di sekolahnya.
"Bu, kok teman-teman yang bukan solmet aku ketika aku datang ke sekolah, mereka tatapannya beda ke aku..!"
"Benarkah?"
"Iya bu..., terus pas aku masuk kelas juga tatapannya sama begitu":
"Nah pas lagi istirahat pun mereka masih seperti itu, aku keluar kelas deketin mereka, mereka malah pelan-pelan menggeser badan menjauhi aku, Waah mereka takut kena covid pasti, dikira aku bawa virus. Padahal kan aku udah sembuh, makanya aku sekolah." ,gumam anakku.
"Ya udah akunya masuk lagi ajah ke kelas, ngapain deket-deket sama temen yang gak mau deket sama aku":
"Akhirnya aku ngobrol-ngobrol sama solmetku ajah di kelas."
"Sabar ya nak...!"
Aku terus menghibur dan memberi pengertian.
"Iyah bu, da aku mah gak apa-apa, gak sakit hati, gak aku fikirin, bikin penyakit ajah", ucap anakku lagi.
"Syukurlah kalau kamu berbesar hati nak...!"
"Iyah bu...!"
Tak lama anakku sudah tertidur pulas. Aku beranjak meninggalkan kamarnya. Namun hati kecilku kok sedih, masih terus kefikiran cerita anakku di sekolah tadi siang.
Keesokan hari, pagi-pagi kami seperti biasa sarapan bareng, aku gak sengaja membahas lagi cerita kejadian anakku kemarin di sekolah yang tadi malam ia ceritakan.
"Upss...udah bu jangan dibahas lagi, aku mah udah gak kefikiran kok: ah nyesel aku ceritain ke ibu, jadinya ibu galau terus", ucapnya.
"Iyah...iyah gak akan ibu bahas lagi, maafkan ya..!"
"Iyah bu...!"
Dan akhirnya aku tersadar "anakku saja bisa berbesar hati, kok aku tidak...", gumam hatiku.
"Terima kasih nak, kamu sudah berbesar hati..., anggap saja sikap dan tatapan teman-temanmu itu sikap dan TATAPAN LUCU ...ya!" ππ
"Baiklah bu...", jawabnya.
Cerita Cila Lia
Di Jtn, Ciamis Jabar ππ€©π
Manis mantap Bu. Suka deh πππ
BalasHapusTerima kasih bunππ€©, ternyata dengan menulis disela bejibun tugas, nikmat terasa efeknya π€π
HapusPasti masih banyak cerita seru lainnya nih ππ
BalasHapusHihii insya Allah bun adaπ
HapusTerima kasih udah mampir bun ππ€©
Seruuu ceritanyaππ
BalasHapusHihii proses belajar terus mas π
HapusTerima kasih mas sudah mampir π
Luar biasa imajinasinya
BalasHapusHihii...masih terus belajar om...π
HapusTerima kasih sudah mampir ππ€©